Penelitian Infrasound: Peluang untuk Mitigasi Bencana dan Pengamatan Atmosfer

0

 


Bandung, Infrasound adalah bunyi dengan frekuensi sangat rendah, di bawah ambang pendengaran manusia, dengan rentang frekuensi antara 20 Hz hingga 0,001 Hz. Selama lima tahun terakhir, penelitian tentang infrasound telah meningkat, dengan aplikasi yang mencakup pemantauan vulkanisme dan beberapa aplikasi militer. Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mario Batubara, mengungkapkan bahwa infrasound dapat mendukung mitigasi bencana, khususnya dalam mengukur ketinggian asap dari letusan gunung berapi.


Fokus riset infrasound di Indonesia sangat relevan mengingat banyaknya fenomena vulkanisme, termasuk letusan Gunung Krakatau yang terkenal. Mario menjelaskan bahwa infrasound mulai dikenal sejak letusan tersebut pada abad ke-18, ketika para ilmuwan mendeteksi fluktuasi tekanan udara akibat letusan dengan menggunakan instrumen sederhana seperti barometer.


Infrasound juga terkait dengan fenomena alam lainnya seperti meteor, tsunami, dan gempa bumi, yang dapat memicu gelombang infrasound. Dalam setahun terakhir, penelitian lebih lanjut dilakukan untuk menguji aplikasi infrasound dalam dinamika atmosfer, termasuk propagasi subsonic dan supersonic speed. Salah satu topik yang dikembangkan adalah aktivitas gelombang gravitasi dan pemanasan stratosfer yang tiba-tiba.


Penelitian infrasound difokuskan pada spesifikasi parameter atmosfer, terutama di lapisan rendah hingga lapisan tengah atmosfer. Data ini biasanya diperoleh melalui pemodelan matematis seperti numerical weather prediction. Sementara itu, pengamatan menggunakan radiosonde dianggap akurat untuk mengukur suhu dan angin hingga ketinggian sekitar 30 kilometer.


Mario menambahkan bahwa pengamatan parameter atmosfer menggunakan satelit dilakukan secara tidak langsung, dengan cakupan pengamatan mencapai 50 kilometer. Namun, pengukuran gelombang radio dan parameter atmosfer di atas 30 kilometer masih terbatas. Oleh karena itu, numerical weather prediction menjadi penting untuk mendapatkan parameter atmosfer tersebut, meskipun faktor bias dalam pengukuran satelit masih menjadi tantangan, terutama di wilayah stratosfer.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)
Copyright © 2024 - Suaraminang.com | All Right Reserved