BRIN Bahas Pergolakan Geologis dan Tantangan Modernitas dalam Diskusi Ekstremitas Bumi

0


 


JAKARTA , Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar diskusi menarik dalam program More-than-Human Lab (Met Human), Selasa (5/11). Dengan mengusung tema “Ekstremitas Sehari-hari: Hidup dengan Pergolakan Geologis dari Pemikiran Teori Barat”  acara ini menghadirkan Profesor Nigel Clack dari Universitas Lancaster, Britania Raya, yang mengajak peserta untuk memahami bumi sebagai sistem dinamis yang penuh ketidakpastian.


Nigel Clack menjelaskan bahwa dalam beberapa dekade terakhir, ilmuwan mulai menyadari bahwa kondisi bumi tidak selalu bisa diprediksi. “Saat kita berbicara tentang geologi dan bencana alam, kita bertanya-tanya, bagaimana kita dapat melintasi ambang batas antara dunia yang kita pahami dan dunia yang tidak kita ketahui?”  ujar Nigel. Ia mencontohkan berbagai bencana geologis, seperti gempa Napier di Selandia Baru pada tahun 1931 dan tsunami Samudra Hindia yang meluluhlantakkan pada 2004, sebagai pengingat betapa bumi bisa tiba-tiba berubah secara drastis.


Nigel menyoroti ketakutan yang sering muncul terhadap kekuatan bumi, yang sering disertai dengan kesombongan manusia terhadap alam. Revolusi geologis mengingatkan kita pada keberadaan makhluk purba yang kini sudah punah. Ini adalah ketidakpastian yang harus kita hadapi.


Dalam kritiknya terhadap pandangan abad ke-18, Nigel menyebut bahwa kepercayaan diri pada manusia liberal untuk mencapai keamanan dengan mengelola risiko dan ketidakpastian hanya bersifat sementara. Ia juga menyoroti hubungan antara ilmu geologi dan kolonialisme, di mana kekaisaran Eropa memanfaatkan geologi sebagai alat kekuasaan untuk mengeksploitasi sumber daya alam.


Nigel pun memperkenalkan konsep Anthropocene atau era geologis baru yang mencerminkan dampak besar aktivitas manusia pada ekosistem bumi. Menurutnya, anggapan bahwa manusia dan alam terpisah dalam era ini merupakan kesalahan persepsi, sebab manusia sebenarnya adalah bagian dari alam.


Ia menutup dengan contoh konkrit dari aktivitas manusia, yaitu eksploitasi tambang Banaba yang menyebar mineral hingga ke seluruh dunia, termasuk ke tanah dan darah manusia. "Mineral-mineral yang mengandung semangat leluhur orang lain telah menyusup ke dalam sirkuit ekonomi, tanah, lapisan, bahkan darah kita," ujar Nigel menegaskan.


Sementara itu, Kepala PRW BRIN, Fadjar Ibnu Thufail, menegaskan pentingnya memahami perubahan lingkungan sebagai proses alami dari bumi yang dinamis. "Bumi adalah planet yang dinamis, dan itu sebabnya kita tidak bisa sepenuhnya menjadi 'modern',"  kata Fadjar di akhir diskusi.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)
Copyright © 2024 - Suaraminang.com | All Right Reserved