Tangerang Selatan , Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Universiti Teknologi Petronas (UTP) Malaysia menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) terkait pengembangan teknologi pengolahan Logam Tanah Jarang (LTJ) karbonat menjadi rare earth oxide non-radioaktif. Penandatanganan ini dilakukan oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR) BRIN, Maman Kartaman Ajiriyanto, dan Direktur Institute of Sustainability, Energy and Resources UTP Malaysia, Syahir Rida, di Kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Serpong, Selasa (19/11).
Maman mengungkapkan bahwa BRIN telah memiliki pengalaman panjang dalam pengolahan LTJ dari limbah monasit dan timah, dengan teknologi yang mampu menghasilkan konsentrasi rare earth lebih dari 90%. “Kami sudah punya cukup pengalaman dalam proses pengolahan rare earth karbonat atau juga rare earth oksida dari limbah atau tailing atau keraknya timah, dan limbah ikutan timah yaitu monasit dan lainnya,” jelas Maman.
Kerja sama ini juga melibatkan mahasiswa S2 dan S3 dalam program Degree by Research (DBR) di BRIN. “Harapannya, kerja sama ini berjalan lancar dan kontinu sesuai dengan poin-poin yang telah disepakati dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dari kedua belah pihak, serta bermanfaat dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi,” ungkapnya.
Direktur Institute of Sustainability, Energy and Resources UTP Malaysia, Syahir Rida, menilai riset LTJ sangat strategis dan membutuhkan kolaborasi untuk keberlanjutan. Ia menjelaskan bahwa Malaysia saat ini memprioritaskan riset LTJ berbasis iron absorption clay, sementara teknologi BRIN sudah mencakup pelleting dari monasit. “Kami memahami bahwa di BRIN teknologi untuk prosesing sudah sampai ke pelleting dengan sumber dari monosite. Sementara itu perusahaan di Malaysia sudah sekitar 3-4 tahun mengoperasikan mining untuk logam tanah jarang yang bersumber dari iron absorption clay,” ujarnya.
CEO Greensnow Sdn. Bhd., Nik Abdul Mubin Bin Nik Mahmood, berharap riset ini dapat menghasilkan blueprint teknologi pemisahan LTJ dalam satu tahun ke depan. Dalam waktu setahun ke depan, dia berharap akan menghasilkan satu blueprint terkait teknologi pemisahan rare earth element carbonate untuk non-radioaktif rare earth element oxide. Kerja sama ini juga melibatkan Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) serta Pusat Riset Teknologi Pertambangan BRIN yang memiliki fasilitas lengkap di Kawasan Sains Iskandar Zulkarnain, Lampung.